Meminta Maaf jika Kita Bersalah - SMP Negeri 12 Lhokseumawe

Breaking

Tuesday, October 27, 2020

Meminta Maaf jika Kita Bersalah

 Pada suatu hari, ketika Nabi Sulaiman a.s tengah berbaring, ada seekor semut berjalan di dadanya.  Kemudian ia ambil semut itu dan dilempar jauh.

Dengan marah, semut itu berkata, " Wahai Nabi Allah, mengapa kamu lemparkan aku dengan begitu keras? Apakah kamu lupa bahwa pada hari kiamat nanti kamu akan berdiri di hadapan Pencipta segala kerajaan, yaitu Tuhannya langit dan bumi, yang Maha adil, yang mengambil hak orang yang dizalimi dari orang yang menzaliminya?"

Mendengar kata-kata semut itu, Nabi Sulaiman a.s. pingsan. Setelah siuman, ia pandangi si semut dan berkata kepadanya, "Maafkanlah sikap zalimku terhadapmu tadi."

Si semut menjawab, "Aku akan memaafkan perbuatanmu tadi dengan tiga syarat."

Mendengar perkataan si semut, Nabi Sulaiman a.s. bertanya, " Sebutkanlah ketiga persyaratanmu tersebut!"

Si semut berkata, syarat yang pertama adalah, jangan kamu tolak orang yang meminta kepadamu. Sesungguhnya orang yang meminta kepadamu adalah sedang meminta karunia Allah, maka jangan sampai kamu cegah karunia Allah kepada makhluk-Nya.

Sedangkan syarat yang kedua adalah, jangan tertawa berlebih-lebihan sehingga kamu terlena dengan dunia dan menyangka bahwa kamu telah menjalani semua tugasmu dengan baik di dunia ini, sehingga hatimu menjadi keras, sedangkan kamu telah dimuliakan oleh Allah dengan diberikan kerajaan yang besar ini.

Sedangkan syarat yang ketiga adalah, jangan sampai kedudukanmu ini menghalangimu untuk menolong orang yang meminta pertolonganmu.

Mendengar persyaratan semut itu, Nabi Sulaiman a.s. berkata, "Insya Allah, semua persyaratanmu itu akan aku jalani." Maka si semut berkata, "Jika begitu, aku telah memaafkanmu."

Hikmah cerita:

Minta maaflah kepada orang yang telah kita perlakukan dengan buruk. Kita harus bersikap lembut terhadap orang yang lemah. Karena Nabi Sulaiman a s. saja, yang memiliki kerajaan yang luas, yang para prajuritnya terdiri dari jin, manusia, dan burung, yang juga mengetahui bahasa burung, tidak memaksa semut yang memiliki tubuh yang kecil untuk memaafkannya. Bahkan beliau meminta maaf dan nasehat kepadanya dengan lembut, meskipun beliau adalah seorang Nabi dan Rasul.

(Dikutip dari: 40 Kisah Pengantar Anak Tidur; Najwa Husein Abdul Aziz, GIP, 2006, hal 35-36)




No comments:

Post a Comment